Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
by HILLMAN » Mon Dec 20, 2010 2:10 am
Sekarang saya tanggapi yang sedang mengisap jempol.....
Anda tidak punya buku tatabahasa Arab ?
Tenang saja, sudah saya kutipkan dengan jelas dihalaman sebelumnya dan membuat seseorang terpukul dengan kenyataan pahit yang menihilkan argumennya.
Dipersilahkan anda baca.
Dengan kaidah tatabahasa ARAB yang anda kutip di atas, semua dapat melihat tidak ada yang salah pada tulisan tulisan saya di bawah ini :
Kita lihat fakta tertulis :

Kemudian…..
Inilah kalau kacamata kuda yang di pakai dan juga menggunakan “kerdilnya sebuah aquarium” untuk mengukur “dalamnya lautan” ilmu tatabahasa ARAB.
Disinilah terlihat, bahwa anda tidak dapat memaknai sesuatu yang lazim dalam tatabahasa ARAB bahwa adanya 2 ragam kalimat dalam 1 kalimat aktif, hal tersebut tertulis dalam ayat 3 surah Az Zukhruf ini, yang masing-masing dapat membentuk struktur kalimat sendiri, karena itu sengaja saya kutipkan keseluruhan ayat pada tulisan saya sebelumnya, karena saya sangat mengetahui kebiasaan umat pengikut ajaran Islam (bukan muslim) memotong ayat demi pembenaran syahwat sendiri, tetapi sayangnya saya lihat, terbukti sudah bahwa peci anda memang terlalu besar.
Mari kita lihat :
إنا - innaa = sesungguhnya Kami ------- > Huruf taukid “ ان “ amil nashab dan fa’il “ نا ” dhamir mutasil fi mahlli nasbin isim “ ان “.
جعلنه - ja'alnaaHU = jadikan DIA, kata ganti orang ketiga tunggal maskulin. ------- > Fi’il madhi “جعلن “ dari dhamir “ نا ” dengan dhamir nashab “ ه “ sebagai maf’ul (objek penderita).
Ragam kalimat pertama “ Sesungguhnya Kami menjadikan DIA” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, fa’il, fi’il dan maf’ul…. Paham ?
قرءنا - qur-aanan = bacaan ------- > Isim alam manshub, isim taukid fathah tanwin adalah maushuf dari “ عربيا “
عربيا - 'arabiyyan = orang-orang Arab ------- > fathah tanwin adalah sifah dari “ قرءنا “
قرءنا عربيا - qur-aanan 'arabiyyan = bacaan orang-orang Arab ------- > Isim idhafat sifah maushuf “قرءنا عربيا “, manshub taukid “ان “ dan merupakan mubtada dari khabar ghair mufrad “تعقلون لعلكم “
لعلكم - la'allakum = agar kamu ------- > Taukid “لعل “ dengan isim dhamir “كم ” nashab.
تعقلون - ta'qiluunaa = mengerti [color=red] ------- > Fi’il mudhari “تعقلو “ dari dhamir “كم ”. rafa
Ragam kalimat kedua “ Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti ” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, mubtada (isim “ان “), khabar ghair mufrad (khabar “ان “) …. Paham ?
Dengan demikian dapat di lihat ada 2 ragam kalimat dalam 1 ayat surah Az Zukhruf ayat 3 ini yaitu :
Ragam kalimat 1 : إِنَّا جَعَلْنَاهُ - Innaa ja’alnaahu = Sesungguhnya Kami menjadikan DIA, dimana Fa'il "KAMI" melakukan pekerjaan "MENJADIKAN" "MAF'UL" DIA.
Ragam kalimat 2 : إِنَّ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ Inna qur-aanan ‘arabiyyan la'allakum ta'qiluunaa = Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti, dimana Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti.
Artinya ada dua FA'IL (SUBYEK) yang melakukan pekerjaan berbeda pada struktur kalimat ayat 3 Surah Az Zukhruf tersebut yaitu "KAMI" dan "QUR-AANAN 'ARABIYYAN".
Dhamir hu = qur-aanan ‘arabiyyan = kata ganti orang ketiga maskulin "DIA" = “bacaan orang orang Arab”.
Maka, surah Az Zukhruf ayat 3 adalah ragam 1 + ragam 2 menjadi إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ - Innaa ja’alnaahu qur-aanan arabiyyan la’allakum taqiluunaa = Sesungguhnya kami menjadikan DIA bacaan orang orang Arab agar (membuat) kamu mengerti.
Paham ?
Percuma anda memiliki segunung buku-buku jika anda memakai peci kebesaran sehingga menutup mata dan memakai kacamata kuda yang membatasi makna sesuai syahwat sang “kusir” berupa isapan jempol mengenai “bahasa Al Quran bukan bahasa Arab".
Salam bagi semua yang berpikir.
by HILLMAN » Mon Dec 20, 2010 2:10 am
Sekarang saya tanggapi yang sedang mengisap jempol.....

pusing wrote:Sebelum orang yang sedang menghisap jempol menanggapi. Tolong dulu dijawab pertanyaan dibawah ini.
-Anda belum menjelaskan mengenai hukum "ya" bertasdid (bukan "ya" tanpa tasdid)pada ayat tersebut?
- Apakah sama "Ya" nisbah dengan "ya" mutakallim, jelaskan alasannya.![]()
-Apakah sifat maushuf bisa menjadi mudhaf wa mudahf ilaihi (majemuk)tanpa ada awaamil(penyebab perubahan)??
Monggo...
pusing wrote:
Anda tidak punya buku tatabahasa Arab ?

Tenang saja, sudah saya kutipkan dengan jelas dihalaman sebelumnya dan membuat seseorang terpukul dengan kenyataan pahit yang menihilkan argumennya.

Dipersilahkan anda baca.
HILLMAN wrote:Sungguh isapan jempol telah membuat kepala anda menjadi besar, saya tunjukan mengapa saya enggan menanggapi isapan-isapan jempol anda.
Secara singkat, padat dan jelas, saya perlihatkan pada anda dimulai dari "dasar" bagaimana "kepintaran ilmiah" anda.
1. Arti kata لُجٌّ
Kata لُجٌّ - lujjun = depth , abyss = dalam , kedalaman tanpa dasar.
http://www.ericlevy.com/revel/bdb/bdb/12/lam42.html
Apakah Kata لُجٌّ - lujjun = LUAS ? Paham ?
2. Kaidah ISIM
Dipersilahkan membaca buku pelajaran paling dasar dari bahasa Arab.
Apakah عَرَبِيًّا - 'arabiyyan bukan ISIM ? Paham ?
3. Kaidah I’rab قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan
Dimana قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan fathah tanwin adalah sifah, di’irab nashab karena kata idhafat sifah maushuf ini menjadi isim manshub dari taukid ان – inna.
Kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan, merupakan bentukan murakkab dari dua buah isim menjadi satu isim tunggal baru yaitu “bacaan orang-orang Arab”.
Salah satu contoh kata idhafat yang sebangun adalah kata صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ – siratan mustaqiman - jalan lurus.
Perhatikan kata جَعَلْنَاهُ - ja'alnaaHU - jadikan DIA, yang dituliskan sebelum kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan.
Kata هُ - HU - DIA adalah kata ganti orang ketiga tunggal maskulin, yang memberikan penjelasan dengan tegas bahwa kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan adalah sebuah ISIM TUNGGAL.
Jadi hanya isapan jempol, jika kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan tersebut dipisahkan menjadi “bahasa Al Quran serumpun dengan bahasa Arab” seperti syahwat anda.
Apakah anda akan menuliskan "sarana JALAN serumpun dengan sarana LURUS" ? Paham ?
Salam bagi semua orang yang berpikir.
Tambahan untuk sahabat-sahabat IFF yang berpikir, perhatikan redaksi kalimat surah Az Zukhruf ayat 3 ini :
إنا - innaa = sesungguhnya Kami
جعلنه - ja'alnaaHU = jadikan DIA, kata ganti orang ketiga tunggal maskulin.
قرءنا - qur-aanan = bacaan
عربيا - 'arabiyyan = orang-orang Arab
لعلكم - la'allakum = agar kamu
تعقلون - ta'qiluunaa = mengerti
pusing wrote:Kalau anda memang sudah berfikir, seharusnya anda sudah mencari dan menemukan jawabannya atas pertanyaan saya diatas.![]()
Baiklah, Karena memang saya tunggu beberapa hari sambil bermain main ngalor ngidul dengan orang orang yang tidak mengerti peristilahan,kenyataannya tidak ada yang sanggup menjawab pertanyaan diatas, Jadi saya yang menjawabnya:
Berikut ini adalah beberapa contoh sederhana mengenai perbedaan antara:
1.Kalimat kata sifat (sifah maushuf) dan
2.Kalimat kata majemuk (mudhaf wa mudhaf ilaihi).
1. Kalimat kata sifat memiliki dua buah isim yang saling berhadapan dan masing masing terpisah baik bentuk maupun pengertiannya, Satu fungsi isim yang jatuh sesudahnya menjadi sifah bagi fungsi isim yang jatuh sebelumnya sehingga kedua duanya memliki makna yang seharga.
Satu satunya cirinya adalah:
-Atribut dari fungsi isim yang menjadi sifatnya, Selalu mengikuti atribut dari fungsi isim maushuf. Artinya misal Kalau fungsi isim maushuf berharokat fathah, fathatain, kasroh, kasrotain, dhammah, dhammatain diakhirnya, bahkan sampai berimbuhan ال - alif lam diawal, maka Pasti tetap selalu ditiru atributnya oleh fungsi isim yang menjadi sifah<<---->>Perhatikan kesamaan imbuhan atau tanpa imbuhan ال - alif lam diawal dan harokat diakhirnya,
Contoh 1:
اِهدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ - ihdinaa al shshiraatha almustaqiima = Pedomanilah kami tatanan hidup yang tangguh (1;6)<<<--->>>Kalau isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) berharokat fathah(tidak fathatain karena keduanya berimbuhan alif lam diawalnya.) dan berimbuhanال - alif lam diawalnya, Maka atribut isim yang menjadi sifah (الْمُسْتَقِيْمَ - al mustaqiima) mengikuti atribut fungsi isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) <<--->>Perhatikan kesamaan imbuhan alif lam diawalnya dan harokat diakhirnya,
Contoh 2:
اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ - ilaa shiraathin mustaqiimin surat (3;51, 105), (5;16) dll.<<<---Perhatikan kesamaan tanpa imbuhan ال - alif lam diawalnya, dan kesamaan harokat kasrohtain diakhir kedua isim tersebut(kashrohtain karena dijarkan oleh اِلٰى - ilaa).
Contoh 3: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ<<--Perhatikan kesamaan harakat akhir dan kesamaan imbuhan ال - alif lam diawalnya, pada الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi mengikuti harakat akhir dan imbuhan awal ال - alif lam pada lafadzh اللّٰهِ - Allaahi. Artinya fungsi sifat الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi ada pada fungsi اللّٰهِ - Allaahi.
Setelah memahami kaedah kaedah tersebut barulah bisa diterjemahkan. Asalkan jangan digabung menjadi majemuk. Bisa bisa fungsi Allah menjadi tidak ada. (seperti yang dilakukan oleh kaedah tata bahasa Hillman).
Dengan kaidah tatabahasa ARAB yang anda kutip di atas, semua dapat melihat tidak ada yang salah pada tulisan tulisan saya di bawah ini :
HILLMAN wrote:Salah satu contoh kata idhafat yang sebangun adalah kata صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ – siratan mustaqiman - jalan lurus.
Kita lihat fakta tertulis :

Kemudian…..
pusing wrote:Contoh 4: اِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا -
*Menurut kaedah tata bahasa Hillman: Dimana قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan fathah tanwin adalah sifah, di’irab nashab karena kata idhafat sifah maushuf ini menjadi isim manshub dari taukidان – inna.yang merupakan bentukan murakkab dari dua buah isim menjadi satu isim tunggal baru yaitu “bacaan orang-orang Arab”.
![]()
*Menurut kaedah tata bahasa alquran : قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifah. di `irab nashab bukan karena kata idhafat sifah maushuf itu menjadi isim manshub dari taukid ان – inna . Tetapi sebagai object maf`ul ke 2. نَحْنُ - nahnu lah yang dii`rab nashab sebagai kata ganti nama isim manshub dari taukid ان[/color] – inna . Adapun[/b]قُرْآنًا – quraanan ini adalah maf`ul ke 2 dari kalimat kata kerja جَعَلْنَا - ja`alnaa dengan tanda manshub fathah, dimana عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifahnya. Dan maf`ul ke 1 nya adalah هُ - Hu pada kalimat جَعَلْنَاهُ tersebut. Kemudian نَحْنُ - Nahnu pada taukid اِنَّا - inna adalah mubtada`nya.
Jadi Secara letter lek menurut kaedah tersebut bisa diterjemahkan : "sesungguhnya Kami membuat/membikinnya(alquran) menjadi Bacaan yang besifat arab". Bukan bacaan orang orang arab.Waduuhh.. kacau dunia ini kalau mengikuti kaedah tata bahasa Hillman.
![]()
اِنَّا - inna = Sesungguhnya Kami.
جَعَلْنَا - ja`alnaa = Kami membuat/membikin (maf`ul ke 1) menjadi (maf`ul ke 2)
هُ - hu = maf`ul ke 1 = dia (kata ganti nama untuk pihak ketiga 1 maskulin)
قُرْاٰنًا - quraanan = bacaan.
عَرَبِيًّا - `arabiyyan = yang bersifat arab = yang mengandung nilai bahasa arab. Kalau boleh dibuat kalimat sinonim = yang serumpun dengan bahasa arab. Kalau tidak boleh, cukup yang bersifat arab. Asal jangan Orang orang arab..-->>nanti ujungnya bermakna bacaan khusus orang orang arab, menjadi orang indonesia tidak boleh membaca alquran. Atau bahkan menjadi alquran bikinan orang arab/Muhammad:lol: Waduuhh...kacau..kacau.
![]()
2. Kalimat kata majemuk memiliki dua buah isim atau salah satunya adalah kata kepunyaan dengan masing masing atribut yang berbeda, dimana isim mudhaf disandarkan oleh isim mudhaf ilaih dan kedua duanya menjadi gabungan dua buah isim atau kata kepunyaan yang berbeda yang melebur menjadi satu arti(majemuk).
Salah satu ciri kalimat kata majemuk(mudhaf-mudhaf ilaihi):
- Kalau dia terdiri dari 2 buah isim, maka mudhaf ilaihnya harus isim jamid ma`rifat yang berharokat kasroh dan lebur pada isim mudhaf.
Contoh 1: لَيْلَةُ الْقَدْرِ - lailatulqadri <<---Perhatikan harokat akhir dan atribut lain yang berbeda pada kedua isim tersebut.
Mudhaf berupa isim nakirah (harokat akhir tergantung perubahan/perbedaan amil) dan mudhaf ilaihi berupa isim ma`rifat berharokat kasroh.
Dll.

Disinilah terlihat, bahwa anda tidak dapat memaknai sesuatu yang lazim dalam tatabahasa ARAB bahwa adanya 2 ragam kalimat dalam 1 kalimat aktif, hal tersebut tertulis dalam ayat 3 surah Az Zukhruf ini, yang masing-masing dapat membentuk struktur kalimat sendiri, karena itu sengaja saya kutipkan keseluruhan ayat pada tulisan saya sebelumnya, karena saya sangat mengetahui kebiasaan umat pengikut ajaran Islam (bukan muslim) memotong ayat demi pembenaran syahwat sendiri, tetapi sayangnya saya lihat, terbukti sudah bahwa peci anda memang terlalu besar.
Mari kita lihat :
إنا - innaa = sesungguhnya Kami ------- > Huruf taukid “ ان “ amil nashab dan fa’il “ نا ” dhamir mutasil fi mahlli nasbin isim “ ان “.
جعلنه - ja'alnaaHU = jadikan DIA, kata ganti orang ketiga tunggal maskulin. ------- > Fi’il madhi “جعلن “ dari dhamir “ نا ” dengan dhamir nashab “ ه “ sebagai maf’ul (objek penderita).
Ragam kalimat pertama “ Sesungguhnya Kami menjadikan DIA” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, fa’il, fi’il dan maf’ul…. Paham ?
قرءنا - qur-aanan = bacaan ------- > Isim alam manshub, isim taukid fathah tanwin adalah maushuf dari “ عربيا “
عربيا - 'arabiyyan = orang-orang Arab ------- > fathah tanwin adalah sifah dari “ قرءنا “
قرءنا عربيا - qur-aanan 'arabiyyan = bacaan orang-orang Arab ------- > Isim idhafat sifah maushuf “قرءنا عربيا “, manshub taukid “ان “ dan merupakan mubtada dari khabar ghair mufrad “تعقلون لعلكم “
لعلكم - la'allakum = agar kamu ------- > Taukid “لعل “ dengan isim dhamir “كم ” nashab.
تعقلون - ta'qiluunaa = mengerti [color=red] ------- > Fi’il mudhari “تعقلو “ dari dhamir “كم ”. rafa
Ragam kalimat kedua “ Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti ” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, mubtada (isim “ان “), khabar ghair mufrad (khabar “ان “) …. Paham ?
Dengan demikian dapat di lihat ada 2 ragam kalimat dalam 1 ayat surah Az Zukhruf ayat 3 ini yaitu :
Ragam kalimat 1 : إِنَّا جَعَلْنَاهُ - Innaa ja’alnaahu = Sesungguhnya Kami menjadikan DIA, dimana Fa'il "KAMI" melakukan pekerjaan "MENJADIKAN" "MAF'UL" DIA.
Ragam kalimat 2 : إِنَّ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ Inna qur-aanan ‘arabiyyan la'allakum ta'qiluunaa = Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti, dimana Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti.
Artinya ada dua FA'IL (SUBYEK) yang melakukan pekerjaan berbeda pada struktur kalimat ayat 3 Surah Az Zukhruf tersebut yaitu "KAMI" dan "QUR-AANAN 'ARABIYYAN".
Dhamir hu = qur-aanan ‘arabiyyan = kata ganti orang ketiga maskulin "DIA" = “bacaan orang orang Arab”.
Maka, surah Az Zukhruf ayat 3 adalah ragam 1 + ragam 2 menjadi إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ - Innaa ja’alnaahu qur-aanan arabiyyan la’allakum taqiluunaa = Sesungguhnya kami menjadikan DIA bacaan orang orang Arab agar (membuat) kamu mengerti.
Paham ?
Percuma anda memiliki segunung buku-buku jika anda memakai peci kebesaran sehingga menutup mata dan memakai kacamata kuda yang membatasi makna sesuai syahwat sang “kusir” berupa isapan jempol mengenai “bahasa Al Quran bukan bahasa Arab".
Salam bagi semua yang berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar