Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
by pusing » Sat Dec 18, 2010 4:23 pm

Kalau anda memang sudah berfikir, seharusnya anda sudah mencari dan menemukan jawabannya atas pertanyaan saya diatas.
Baiklah, Karena memang saya tunggu beberapa hari sambil bermain main ngalor ngidul dengan orang orang yang tidak mengerti peristilahan,
kenyataannya tidak ada yang sanggup menjawab pertanyaan diatas, Jadi saya yang menjawabnya:
Berikut ini adalah beberapa contoh sederhana mengenai perbedaan antara:
1.Kalimat kata sifat (sifah maushuf) dan
2.Kalimat kata majemuk (mudhaf wa mudhaf ilaihi).
1. Kalimat kata sifat memiliki dua buah isim yang saling berhadapan dan masing masing terpisah baik bentuk maupun pengertiannya, Satu fungsi isim yang jatuh sesudahnya menjadi sifah bagi fungsi isim yang jatuh sebelumnya sehingga kedua duanya memliki makna yang seharga.
Satu satunya cirinya adalah:
-Atribut dari fungsi isim yang menjadi sifatnya, Selalu mengikuti atribut dari fungsi isim maushuf. Artinya misal Kalau fungsi isim maushuf berharokat fathah, fathatain, kasroh, kasrotain, dhammah, dhammatain diakhirnya, bahkan sampai berimbuhan ال - alif lam diawal, maka Pasti tetap selalu ditiru atributnya oleh fungsi isim yang menjadi sifah<<---->>Perhatikan kesamaan imbuhan atau tanpa imbuhan ال - alif lam diawal dan harokat diakhirnya,
Contoh 1:
اِهدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ - ihdinaa al shshiraatha almustaqiima = Pedomanilah kami tatanan hidup yang tangguh (1;6)<<<--->>>Kalau isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) berharokat fathah(tidak fathatain karena keduanya berimbuhan alif lam diawalnya.) dan berimbuhanال - alif lam diawalnya, Maka atribut isim yang menjadi sifah (الْمُسْتَقِيْمَ - al mustaqiima) mengikuti atribut fungsi isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) <<--->>Perhatikan kesamaan imbuhan alif lam diawalnya dan harokat diakhirnya,
Contoh 2:
اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ - ilaa shiraathin mustaqiimin surat (3;51, 105), (5;16) dll.<<<---Perhatikan kesamaan tanpa imbuhan ال - alif lam diawalnya, dan kesamaan harokat kasrohtain diakhir kedua isim tersebut(kashrohtain karena dijarkan oleh اِلٰى - ilaa).
Contoh 3: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ<<--Perhatikan kesamaan harakat akhir dan kesamaan imbuhan ال - alif lam diawalnya, pada الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi mengikuti harakat akhir dan imbuhan awal ال - alif lam pada lafadzh اللّٰهِ - Allaahi. Artinya fungsi sifat الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi ada pada fungsi اللّٰهِ - Allaahi.
Setelah memahami kaedah kaedah tersebut barulah bisa diterjemahkan. Asalkan jangan digabung menjadi majemuk. Bisa bisa fungsi Allah menjadi tidak ada. (seperti yang dilakukan oleh kaedah tata bahasa Hillman).
Contoh 4: اِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا -
*Menurut kaedah tata bahasa Hillman: Dimana قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan fathah tanwin adalah sifah, di’irab nashab karena kata idhafat sifah maushuf ini menjadi isim manshub dari taukidان – inna.
yang merupakan bentukan murakkab dari dua buah isim menjadi satu isim tunggal baru yaitu “bacaan orang-orang Arab”.
*Menurut kaedah tata bahasa alquran : قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifah. di `irab nashab bukan karena kata idhafat sifah maushuf itu menjadi isim manshub dari taukid ان – inna . Tetapi sebagai object maf`ul ke 2. نَحْنُ - nahnu lah yang dii`rab nashab sebagai kata ganti nama isim manshub dari taukid ان[/color] – inna . Adapun[/b]قُرْآنًا – quraanan ini adalah maf`ul ke 2 dari kalimat kata kerja جَعَلْنَا - ja`alnaa dengan tanda manshub fathah, dimana عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifahnya. Dan maf`ul ke 1 nya adalah هُ - Hu pada kalimat جَعَلْنَاهُ tersebut. Kemudian نَحْنُ - Nahnu pada taukid اِنَّا - inna adalah mubtada`nya.
Jadi Secara letter lek menurut kaedah tersebut bisa diterjemahkan : "sesungguhnya Kami membuat/membikinnya(alquran) menjadi Bacaan yang besifat arab". Bukan bacaan orang orang arab.
Waduuhh.. kacau dunia ini kalau mengikuti kaedah tata bahasa Hillman.
اِنَّا - inna = Sesungguhnya Kami.
جَعَلْنَا - ja`alnaa = Kami membuat/membikin (maf`ul ke 1) menjadi (maf`ul ke 2)
هُ - hu = maf`ul ke 1 = dia (kata ganti nama untuk pihak ketiga 1 maskulin)
قُرْاٰنًا - quraanan = maushuf bagi sifah عَرَبِيًّا - `arabiyyan, dan maf`ul ke2 bagi جَعَلْنَا - ja`alnaa = bacaan.
عَرَبِيًّا - `arabiyyan = shifah bagi maushuf قُرْاٰنًا - quraanan = yang bersifat arab = yang mengandung nilai bahasa arab. Kalau boleh dibuat kalimat sinonim = yang serumpun dengan bahasa arab. Kalau tidak boleh, cukup yang bersifat arab. Asal jangan Orang orang arab..
-->>nanti ujungnya bermakna bacaan khusus orang orang arab, menjadi orang indonesia tidak boleh membaca alquran. Atau bahkan menjadi alquran bikinan orang arab/Muhammad:lol: Waduuhh...kacau..kacau.
2. Kalimat kata majemuk memiliki dua buah isim atau salah satunya adalah kata kepunyaan dengan masing masing atribut yang berbeda, dimana isim mudhaf disandarkan oleh isim mudhaf ilaih dan kedua duanya menjadi gabungan dua buah isim atau kata kepunyaan yang berbeda yang melebur menjadi satu arti(majemuk).
Salah satu ciri kalimat kata majemuk(mudhaf-mudhaf ilaihi):
- Kalau dia terdiri dari 2 buah isim, maka mudhaf ilaihnya harus isim jamid ma`rifat yang berharokat kasroh dan lebur pada isim mudhaf.
Contoh 1: لَيْلَةُ الْقَدْرِ - lailatulqadri <<---Perhatikan harokat akhir dan atribut lain yang berbeda pada kedua isim tersebut.
Mudhaf berupa isim nakirah (harokat akhir tergantung perubahan/perbedaan amil) dan mudhaf ilaihi berupa isim ma`rifat berharokat kasroh.
Dll.
Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
by pusing » Sat Dec 18, 2010 4:23 pm
pusing wrote:
Sebelum orang yang sedang menghisap jempol menanggapi. Tolong dulu dijawab pertanyaan dibawah ini.
-Anda belum menjelaskan mengenai hukum "ya" bertasdid (bukan "ya" tanpa tasdid)pada ayat tersebut?
- Apakah sama "Ya" nisbah dengan "ya" mutakallim, jelaskan alasannya.![]()
-Apakah sifat maushuf bisa menjadi mudhaf wa mudahf ilaihi (majemuk)tanpa ada awaamil(penyebab perubahan)??
Monggo...

Hillman wrote:
Ngalor ngidul ber-propaganda sambil menghisap jempol sampai kepala "membesar", tetapi setelah ditunjukan malah menghindar dengan berbagai alasan.....
Salam bagi semua orang yang berpikir tanpa pusing, resah dan gelisah.
Kalau anda memang sudah berfikir, seharusnya anda sudah mencari dan menemukan jawabannya atas pertanyaan saya diatas.

Baiklah, Karena memang saya tunggu beberapa hari sambil bermain main ngalor ngidul dengan orang orang yang tidak mengerti peristilahan,

Berikut ini adalah beberapa contoh sederhana mengenai perbedaan antara:
1.Kalimat kata sifat (sifah maushuf) dan
2.Kalimat kata majemuk (mudhaf wa mudhaf ilaihi).
1. Kalimat kata sifat memiliki dua buah isim yang saling berhadapan dan masing masing terpisah baik bentuk maupun pengertiannya, Satu fungsi isim yang jatuh sesudahnya menjadi sifah bagi fungsi isim yang jatuh sebelumnya sehingga kedua duanya memliki makna yang seharga.
Satu satunya cirinya adalah:
-Atribut dari fungsi isim yang menjadi sifatnya, Selalu mengikuti atribut dari fungsi isim maushuf. Artinya misal Kalau fungsi isim maushuf berharokat fathah, fathatain, kasroh, kasrotain, dhammah, dhammatain diakhirnya, bahkan sampai berimbuhan ال - alif lam diawal, maka Pasti tetap selalu ditiru atributnya oleh fungsi isim yang menjadi sifah<<---->>Perhatikan kesamaan imbuhan atau tanpa imbuhan ال - alif lam diawal dan harokat diakhirnya,
Contoh 1:
اِهدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ - ihdinaa al shshiraatha almustaqiima = Pedomanilah kami tatanan hidup yang tangguh (1;6)<<<--->>>Kalau isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) berharokat fathah(tidak fathatain karena keduanya berimbuhan alif lam diawalnya.) dan berimbuhanال - alif lam diawalnya, Maka atribut isim yang menjadi sifah (الْمُسْتَقِيْمَ - al mustaqiima) mengikuti atribut fungsi isim maushuf (الصِّرَاطَ -al shshiraatha) <<--->>Perhatikan kesamaan imbuhan alif lam diawalnya dan harokat diakhirnya,
Contoh 2:
اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ - ilaa shiraathin mustaqiimin surat (3;51, 105), (5;16) dll.<<<---Perhatikan kesamaan tanpa imbuhan ال - alif lam diawalnya, dan kesamaan harokat kasrohtain diakhir kedua isim tersebut(kashrohtain karena dijarkan oleh اِلٰى - ilaa).
Contoh 3: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ<<--Perhatikan kesamaan harakat akhir dan kesamaan imbuhan ال - alif lam diawalnya, pada الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi mengikuti harakat akhir dan imbuhan awal ال - alif lam pada lafadzh اللّٰهِ - Allaahi. Artinya fungsi sifat الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ- al rahmaani al rahiimi ada pada fungsi اللّٰهِ - Allaahi.
Setelah memahami kaedah kaedah tersebut barulah bisa diterjemahkan. Asalkan jangan digabung menjadi majemuk. Bisa bisa fungsi Allah menjadi tidak ada. (seperti yang dilakukan oleh kaedah tata bahasa Hillman).
Contoh 4: اِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا -
*Menurut kaedah tata bahasa Hillman: Dimana قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan fathah tanwin adalah sifah, di’irab nashab karena kata idhafat sifah maushuf ini menjadi isim manshub dari taukidان – inna.


*Menurut kaedah tata bahasa alquran : قُرْآنًا – quraanan dengan fathah tanwin adalah maushuf dan عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifah. di `irab nashab bukan karena kata idhafat sifah maushuf itu menjadi isim manshub dari taukid ان – inna . Tetapi sebagai object maf`ul ke 2. نَحْنُ - nahnu lah yang dii`rab nashab sebagai kata ganti nama isim manshub dari taukid ان[/color] – inna . Adapun[/b]قُرْآنًا – quraanan ini adalah maf`ul ke 2 dari kalimat kata kerja جَعَلْنَا - ja`alnaa dengan tanda manshub fathah, dimana عَرَبِيًّا - 'arabiyyan dengan kesamaan fathah tanwinnya adalah sifahnya. Dan maf`ul ke 1 nya adalah هُ - Hu pada kalimat جَعَلْنَاهُ tersebut. Kemudian نَحْنُ - Nahnu pada taukid اِنَّا - inna adalah mubtada`nya.
Jadi Secara letter lek menurut kaedah tersebut bisa diterjemahkan : "sesungguhnya Kami membuat/membikinnya(alquran) menjadi Bacaan yang besifat arab". Bukan bacaan orang orang arab.


اِنَّا - inna = Sesungguhnya Kami.
جَعَلْنَا - ja`alnaa = Kami membuat/membikin (maf`ul ke 1) menjadi (maf`ul ke 2)
هُ - hu = maf`ul ke 1 = dia (kata ganti nama untuk pihak ketiga 1 maskulin)
قُرْاٰنًا - quraanan = maushuf bagi sifah عَرَبِيًّا - `arabiyyan, dan maf`ul ke2 bagi جَعَلْنَا - ja`alnaa = bacaan.
عَرَبِيًّا - `arabiyyan = shifah bagi maushuf قُرْاٰنًا - quraanan = yang bersifat arab = yang mengandung nilai bahasa arab. Kalau boleh dibuat kalimat sinonim = yang serumpun dengan bahasa arab. Kalau tidak boleh, cukup yang bersifat arab. Asal jangan Orang orang arab..


2. Kalimat kata majemuk memiliki dua buah isim atau salah satunya adalah kata kepunyaan dengan masing masing atribut yang berbeda, dimana isim mudhaf disandarkan oleh isim mudhaf ilaih dan kedua duanya menjadi gabungan dua buah isim atau kata kepunyaan yang berbeda yang melebur menjadi satu arti(majemuk).
Salah satu ciri kalimat kata majemuk(mudhaf-mudhaf ilaihi):
- Kalau dia terdiri dari 2 buah isim, maka mudhaf ilaihnya harus isim jamid ma`rifat yang berharokat kasroh dan lebur pada isim mudhaf.
Contoh 1: لَيْلَةُ الْقَدْرِ - lailatulqadri <<---Perhatikan harokat akhir dan atribut lain yang berbeda pada kedua isim tersebut.
Mudhaf berupa isim nakirah (harokat akhir tergantung perubahan/perbedaan amil) dan mudhaf ilaihi berupa isim ma`rifat berharokat kasroh.
Dll.
Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar