Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Postby pusing » Wed Dec 22, 2010 8:32 pm
Hillman wrote:
Alasan-alasan kosong lagi anda kemukakan untuk menghindar dan melewati bahasan yang tidak dapat anda bantah dengan "menguji" saya. :lol:

Baiklah, tanpa panjang lebar lagi kita buktikan bersama.

Dibawah ini saya tunjukkan kesalahan dalam penggunaan kaedah tata bahasa Hillman bagi tata bahasa alquran.

Ada 234 ayat yang menggunakan fi`il madhi جعل - ja`ala. Dan kesemuanya membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimatnya. Inilah yang justru akan membuktikan kalau yang diajukan bung Hillman adalah alasan alasan kosong. :lol: Sederhana dan simple bukan kaedahnya?? :lol:

Dilihat dari kesempurnaan susunan secara keseluruhan, Fi`il madhi tersebut memilki ketetapan hukum/kaedahnya yang tidak berubah. Artinya kalau berubah atau ada yang merubah, pasti akan menunjukkan makna yang saling kontradiktif dalam hal ini pada masing masing 234 ayat tersebut. Dan dalam hal ini Bung Hillmanlah yang bisa dipastikan adalah orang yang sedang berupaya ingin merubah kaedah tersebut.

Kaedah fi`il madhi جعل - ja`ala tersebut adalah sebuah kata kerja telah yang unik karena selalu membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimatnya. Artinya fi`il madhi tersebut selalu mengerjakan dan mempekerjakan 2 buah maf`ul(object)nya. Atau dengan kata lain fi`il madhi جعل - ja`ala tersebut menentukan kerja maf`ul(object) ke 1 menjadi maf`ul(object) ke 2. Disinilah inti permasalahannya. Mari kita buktikan bersama kaedah tersebut sekaligus saya tunjukkan kesalahan kesalahan kaedah yang menjadi alasan alasan kosong dibawah ini:

Pada ayat إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا - innaa ja`alnaahu qur aanan `arabiyyan. perhatikan pada kalimat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا. Shifah maushuf ini selamanya tidak akan bisa dirubah menjadi kalimat mudhaf wa mudhaf ilaihi. Berikut kaedahnya:
SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )
Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat. Artinya atribut sifah selalu mengikuti atribut maushuf.


Kenapa dan bagaimana kalau dirubah kaedahnya??

Alasannya:
1. Karena kaedah sifah maushuf tersebut akan menyalahi atau menggugurkan atau memanipulasi mudhaf wa mudhaf ilaihi yang sudah memiliki kaedahnya sendiri. Ibarat masyarakat desa yang harus patuh pada aturan desanya sendiri, melanggar dengan mengikuti aturan selainnya.

2. Dari pelanggaran point ke 1, maka sudah pasti penterjemahan dan maknanya menjadi tidak mengikuti kaedah sebenarnya, akhirnya menjadi fatal dan mengakibatkan kontradiktif sesama masing masing ketetapan hukum didalam alquran.

Selengkapnya sudah saya jelaskan sebelumnya dan sekarang saya tegaskan lagi.


اِنَّا - inna = Sesungguhnya Kami.-->> نَحْنُ - nahnu manshuubun bi اِنَّ - inna. Jadi nahnu adalah mubtada`nya

جَعَلْنَا - ja`alnaa = fi`il madhi bi fa`il nahnu = Kami membuat/membikin (maf`ul ke 1 ) menjadi (maf`ul ke 2 ) --->> Selalu membawa 2 buah ma`ful kedalam kalimatnya.

هُ - hu = maf`ul (abject) ke 1 = dia (kata pengganti nama untuk pihak ketiga 1 maskulin)

قُرْاٰنًا - quraanan = maf`ul (object)ke 2 sebagai isim maushuf bagi sifah عَرَبِيًّا - `arabiyyan (dengan harokat yang sama dengan sifah dan sama sama tidak ber alif lam) = bacaan.

عَرَبِيًّا - `arabiyyan = sifah bagi isim maushuf قُرْاٰنًا - quraanan (dengan harokat yang sama dengan isim maushuf dan sama sama tidak ber alif lam) = yang mengandung sifat arab = yang mengandung nilai bahasa arab.

Lihatlah bagaimana seseorang berupaya dengan atraktifnya dihadapan para pembaca yang tidak menguasai tata bahasa alquran Bermaksud menggeser makna sedikit demi sedikit dari kaedahnya.

Hillman wrote:
Perhatikan kata جَعَلْنَاهُ - ja'alnaaHU - jadikan DIA, yang dituliskan sebelum kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan.

Perhatikan yang saya beri warna merah diatas. Itulah kesalahannya. :lol:
Sampai disini orang tersebut tidak memberikan sumber sebagai referensi seperti yang sudah sudah yang menguatkan argumen syahwatnya yaitu istilah yang berkaedah idhafat sifah maushuf . Karena bisa dipastikan istilah tersebut tidak akan pernah ada diinternet maupun dunia nyata.Kalaupun ada hanyalah di otak Hillman dan harus menghadapi ratusan bahkan ribuan kalimat sifah maushuf dalam alquran. :lol:

Dia beruntung karena dari awal saya konsisten tidak mau mempermasalahkan. :lol:

Yang benar adalah:DIA yang dituliskan sebelum kata sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan adalah maf`ul(object) ke 1 (alquran) yang dibuat/dibikin oleh fa`il(subject) نَحْنُ - nahnu menjadi maf`ul(object) ke 2 قُرْاٰنًا - quraanan dengan tanda nashabnya adalah Fhatah tanwin.
dan عَرَبِيًّا - `arabiyyan adalah tetap menjadi sifah bagi isim maushuf قُرْاٰنًا - quraanan (dengan harokat yang sama dengan isim maushuf dan sama sama tidak ber alif lam).
Hillman wrote:
Jadi hanya isapan jempol, jika kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan tersebut dipisahkan menjadi “bahasa Al Quran serumpun dengan bahasa Arab” seperti syahwat anda.

Jadi hanya isapan jempol, jika kata sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan tersebut menjadi bentukan murakkab dari dua buah isim menjadi satu isim tunggal baru(Mudhaf wa mudaf ilaihi) yaitu “bacaan orang-orang Arab :toimonster: ”. seperti syahwat anda.

Agar lebih mengena lagi kebohongan Hillman ini, mari saya tunjukkan kebingungan kebingungan beliau ketika menghadapi sistimatik ayat yang saya ajukan>

Atraksinya untuk mengelabui para pembaca yang tidak mengerti tata bahasa alquran adalah begini:
Atraksi 1.
Hillman wrote:
Tetapi jika anda ingin “menguji” saya dengan ayat tersebut, artinya memang anda tidak paham dan salah contoh ( ), kemudian apakah anda tidak melihat perbedaan pola fi’il dan maf”ul dari kedua ayat tersebut ?


Yang diatas ini adalah teknik mengelabui pembaca agar terkesan saya tidak mengerti akan perbedaan pola fi’il dan maf”ul dari kedua ayat tersebut.

Hillman wrote:
Surah Al Araaf ayat 27 ----- > جَعَلْنَا - ja'alnaa = jadikan ----- > Fi’il (kata kerja) tanpa Ma’ful (objek), dimana objeknya adalah الشَّيَاطِينَ – alsysyayaathiina

Memang benar pada pola Fi’il (kata kerja)جَعَلْنَا - ja'alnaa tanpa Ma’ful (objek).
Yang saya maksud disana adalah ketika Fi’il (kata kerja)جَعَلَ - ja'ala dan 14 pemecahan bentuk lainnya tanpa Ma’ful (objek)berada didalam kalimat sempurna, maka fa`il(subject) pada fi`il tersebut selalu menentukan kerja bagi 2 buah maf`ul(object)nya menjadi sama dengan membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimat nya dan 234 ayat itulah buktinya. :lol:

Atraksi ke 2.
Hillman wrote:
Ragam kalimat pertama “ Sesungguhnya Kami menjadikan DIA” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, fa’il, fi’il dan maf’ul…. Paham ?

قرءنا - qur-aanan = bacaan ------- > Isim alam manshub, isim taukid fathah tanwin adalah maushuf dari “ عربيا

عربيا - 'arabiyyan = orang-orang Arab ------- > fathah tanwin adalah sifah dari “ قرءنا

قرءنا عربيا - qur-aanan 'arabiyyan = bacaan orang-orang Arab ------- > Isim idhafat sifah maushuf “ قرءنا عربيا“, manshub taukid “ان “ dan merupakan mubtada dari khabar ghair mufrad “تعقلون لعلكم

Perhatikan yang saya warnai merah. Itulah salahnya. :lol:

Yang benar adalah kalau misal قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan adalah sebuah isim atau kalimat kata majemuk(mudhaf - mudhaf ilaihi) dan dia mubtada`yang di`irab nashab oleh ان - inna, maka harus ada waw athaf sebelum قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan karena taukid ان - inna juga menashabkan نَحْنُ - nahnu. Jadi jelas terbukti bahawa i`rab nashab idhafah sifah maushuf قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan adalah nyata nyata karang karangan dan alasan kosong dari seseorang yang seenak udelnya merubah kaedah yang berlaku dalam alquran.

Hillman wrote:
لعلكم - la'allakum = agar kamu ------- > Taukid “لعل “ dengan isim dhamir “كم ” nashab.

تعقلون - ta'qiluunaa = mengerti ------- > Fi’il mudhari “تعقلو “ dari dhamir “كم ”. rafa


Yang saya beri warna merah diatas juga SALAH. Yang benar adalah "Kalian" pihak kedua untuk jamak maskulin.

Hillman wrote:
Ragam kalimat 2 : إِنَّ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ Inna qur-aanan ‘arabiyyan la'allakum ta'qiluunaa = Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti, dimana Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti.


Lihat lagi yang saya beri warna merah diatas ini. Beliau tidak menjelaskan yang mana kata kerja(fi`il) bagi Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti. :lol: . Mengajukan sumber sebagai referensi pun tidak :lol: . Karena tidak menunjukkan kata kerja(fi`il)nya, maka dinyatakan SALAH! :lol:

Hillman wrote:
1. Ragam kalimat pertama “Dan Kami menjadikan MEREKA” ----- > Pola kalimat sempurna, Fa’il, Fi’il dan Maf’ul…. Paham ?

أئمة - a-immatan = pemimpin pemimpin ------- > Isim manshub, fa’il dari fi’il mudhari “يدعون


Lihatlah kebingungan beliau diatas yang saya beri warna merah juga. :lol:

Taukid inna ga ada :-k , tapi harus di`irab nashab tapi yang menashabkan apa ya? :lol: Ah tulis begitu aja ah #-o :rolling: :partyman:

Hillman wrote:
يوم - yawma = pada hari, ------- > Isim manshub.

القيمة - alqiyaamati = kiamat ------- > Isim majrur dari “ يوم


Terakhir perhatikan kembali yang saya beri tanda merah diatas ini. Itulah SALAHNYA :lol:

Yang benar adalah:
يوم - yawma = pada hari, ------- > di`irab nashab karena dia adalah Zharfun lizamaanin. Dan menjadi mudhaf bagi القيمة - alqiyaamati
القيمة - alqiyaamati = kiamat ------- > mudhaf ilaihi bagi “ يوم

Untuk pembaca yang belum memahami kaedah kalimat kata majemuk(mudhaf wa mudhaf ilaihi) berikut kutipannya:
MUDHAF ( مُضَاف ) dan MUDHAF ILAIH ( مُضَاف إِلَيْه )
Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf Ilaih. Contoh:
بَيْتُ الْمُدَرِّسِ (=buku guru)
بَيْتُ زَيْدٍ (=rumah Zaid) -->; Zaid = Isim 'Alam (Ma'rifah)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْمُدَرِّسِ (=kunci rumah guru)
Silahkan cari sendiri dialquran contohnya sangat banyak . :heart:
Bila Mudhaf berupa Isim Mutsanna atau Jamak Mudzakkar Salim maka huruf Nun di akhirnya dihilangkan. Perhatikan contoh di bawah ini:
مُسْلِمَاالْجَاوِيِّ (=dua muslim Jawa)
مُسْلِمُو الْجَاوِيِّ (=muslimin Jawa)
مُسْلِمَا dari kata مُسْلِمَانِ (=dua orang muslim) --> Mutsanna
مُسْلِمُو dari kata مُسْلِمُوْنَ (=orang-orang muslim) -->; Jamak Salim
Contoh lain silahkan cari sendiri dialquran.
Baik Shifat-Maushuf maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bukanlah merupakan sebuah JUMLAH MUFIDAH (جُمْلَة مُفِيْدَة) atau Kalimat Sempurna.

Dengan demikian terbukti alasan alasan kosong Hillman propaganda terjemah alquran agar terkesan alquranlah yang salah. :heart:


Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
«
Next

Posting Lebih Baru

»
Previous

Posting Lama


Tidak ada komentar:

يّ - "Ya" bertasdid diakhir Isim jamid nakirah. Bagian 13


Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Postby pusing » Wed Dec 22, 2010 8:32 pm
Hillman wrote:
Alasan-alasan kosong lagi anda kemukakan untuk menghindar dan melewati bahasan yang tidak dapat anda bantah dengan "menguji" saya. :lol:

Baiklah, tanpa panjang lebar lagi kita buktikan bersama.

Dibawah ini saya tunjukkan kesalahan dalam penggunaan kaedah tata bahasa Hillman bagi tata bahasa alquran.

Ada 234 ayat yang menggunakan fi`il madhi جعل - ja`ala. Dan kesemuanya membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimatnya. Inilah yang justru akan membuktikan kalau yang diajukan bung Hillman adalah alasan alasan kosong. :lol: Sederhana dan simple bukan kaedahnya?? :lol:

Dilihat dari kesempurnaan susunan secara keseluruhan, Fi`il madhi tersebut memilki ketetapan hukum/kaedahnya yang tidak berubah. Artinya kalau berubah atau ada yang merubah, pasti akan menunjukkan makna yang saling kontradiktif dalam hal ini pada masing masing 234 ayat tersebut. Dan dalam hal ini Bung Hillmanlah yang bisa dipastikan adalah orang yang sedang berupaya ingin merubah kaedah tersebut.

Kaedah fi`il madhi جعل - ja`ala tersebut adalah sebuah kata kerja telah yang unik karena selalu membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimatnya. Artinya fi`il madhi tersebut selalu mengerjakan dan mempekerjakan 2 buah maf`ul(object)nya. Atau dengan kata lain fi`il madhi جعل - ja`ala tersebut menentukan kerja maf`ul(object) ke 1 menjadi maf`ul(object) ke 2. Disinilah inti permasalahannya. Mari kita buktikan bersama kaedah tersebut sekaligus saya tunjukkan kesalahan kesalahan kaedah yang menjadi alasan alasan kosong dibawah ini:

Pada ayat إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا - innaa ja`alnaahu qur aanan `arabiyyan. perhatikan pada kalimat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا. Shifah maushuf ini selamanya tidak akan bisa dirubah menjadi kalimat mudhaf wa mudhaf ilaihi. Berikut kaedahnya:
SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )
Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat. Artinya atribut sifah selalu mengikuti atribut maushuf.


Kenapa dan bagaimana kalau dirubah kaedahnya??

Alasannya:
1. Karena kaedah sifah maushuf tersebut akan menyalahi atau menggugurkan atau memanipulasi mudhaf wa mudhaf ilaihi yang sudah memiliki kaedahnya sendiri. Ibarat masyarakat desa yang harus patuh pada aturan desanya sendiri, melanggar dengan mengikuti aturan selainnya.

2. Dari pelanggaran point ke 1, maka sudah pasti penterjemahan dan maknanya menjadi tidak mengikuti kaedah sebenarnya, akhirnya menjadi fatal dan mengakibatkan kontradiktif sesama masing masing ketetapan hukum didalam alquran.

Selengkapnya sudah saya jelaskan sebelumnya dan sekarang saya tegaskan lagi.


اِنَّا - inna = Sesungguhnya Kami.-->> نَحْنُ - nahnu manshuubun bi اِنَّ - inna. Jadi nahnu adalah mubtada`nya

جَعَلْنَا - ja`alnaa = fi`il madhi bi fa`il nahnu = Kami membuat/membikin (maf`ul ke 1 ) menjadi (maf`ul ke 2 ) --->> Selalu membawa 2 buah ma`ful kedalam kalimatnya.

هُ - hu = maf`ul (abject) ke 1 = dia (kata pengganti nama untuk pihak ketiga 1 maskulin)

قُرْاٰنًا - quraanan = maf`ul (object)ke 2 sebagai isim maushuf bagi sifah عَرَبِيًّا - `arabiyyan (dengan harokat yang sama dengan sifah dan sama sama tidak ber alif lam) = bacaan.

عَرَبِيًّا - `arabiyyan = sifah bagi isim maushuf قُرْاٰنًا - quraanan (dengan harokat yang sama dengan isim maushuf dan sama sama tidak ber alif lam) = yang mengandung sifat arab = yang mengandung nilai bahasa arab.

Lihatlah bagaimana seseorang berupaya dengan atraktifnya dihadapan para pembaca yang tidak menguasai tata bahasa alquran Bermaksud menggeser makna sedikit demi sedikit dari kaedahnya.

Hillman wrote:
Perhatikan kata جَعَلْنَاهُ - ja'alnaaHU - jadikan DIA, yang dituliskan sebelum kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan.

Perhatikan yang saya beri warna merah diatas. Itulah kesalahannya. :lol:
Sampai disini orang tersebut tidak memberikan sumber sebagai referensi seperti yang sudah sudah yang menguatkan argumen syahwatnya yaitu istilah yang berkaedah idhafat sifah maushuf . Karena bisa dipastikan istilah tersebut tidak akan pernah ada diinternet maupun dunia nyata.Kalaupun ada hanyalah di otak Hillman dan harus menghadapi ratusan bahkan ribuan kalimat sifah maushuf dalam alquran. :lol:

Dia beruntung karena dari awal saya konsisten tidak mau mempermasalahkan. :lol:

Yang benar adalah:DIA yang dituliskan sebelum kata sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan adalah maf`ul(object) ke 1 (alquran) yang dibuat/dibikin oleh fa`il(subject) نَحْنُ - nahnu menjadi maf`ul(object) ke 2 قُرْاٰنًا - quraanan dengan tanda nashabnya adalah Fhatah tanwin.
dan عَرَبِيًّا - `arabiyyan adalah tetap menjadi sifah bagi isim maushuf قُرْاٰنًا - quraanan (dengan harokat yang sama dengan isim maushuf dan sama sama tidak ber alif lam).
Hillman wrote:
Jadi hanya isapan jempol, jika kata idhafat sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan tersebut dipisahkan menjadi “bahasa Al Quran serumpun dengan bahasa Arab” seperti syahwat anda.

Jadi hanya isapan jempol, jika kata sifah maushuf قُرْآنًا عَرَبِيًّا - quraanan 'arabiyyan tersebut menjadi bentukan murakkab dari dua buah isim menjadi satu isim tunggal baru(Mudhaf wa mudaf ilaihi) yaitu “bacaan orang-orang Arab :toimonster: ”. seperti syahwat anda.

Agar lebih mengena lagi kebohongan Hillman ini, mari saya tunjukkan kebingungan kebingungan beliau ketika menghadapi sistimatik ayat yang saya ajukan>

Atraksinya untuk mengelabui para pembaca yang tidak mengerti tata bahasa alquran adalah begini:
Atraksi 1.
Hillman wrote:
Tetapi jika anda ingin “menguji” saya dengan ayat tersebut, artinya memang anda tidak paham dan salah contoh ( ), kemudian apakah anda tidak melihat perbedaan pola fi’il dan maf”ul dari kedua ayat tersebut ?


Yang diatas ini adalah teknik mengelabui pembaca agar terkesan saya tidak mengerti akan perbedaan pola fi’il dan maf”ul dari kedua ayat tersebut.

Hillman wrote:
Surah Al Araaf ayat 27 ----- > جَعَلْنَا - ja'alnaa = jadikan ----- > Fi’il (kata kerja) tanpa Ma’ful (objek), dimana objeknya adalah الشَّيَاطِينَ – alsysyayaathiina

Memang benar pada pola Fi’il (kata kerja)جَعَلْنَا - ja'alnaa tanpa Ma’ful (objek).
Yang saya maksud disana adalah ketika Fi’il (kata kerja)جَعَلَ - ja'ala dan 14 pemecahan bentuk lainnya tanpa Ma’ful (objek)berada didalam kalimat sempurna, maka fa`il(subject) pada fi`il tersebut selalu menentukan kerja bagi 2 buah maf`ul(object)nya menjadi sama dengan membawa 2 buah maf`ul(object) kedalam kalimat nya dan 234 ayat itulah buktinya. :lol:

Atraksi ke 2.
Hillman wrote:
Ragam kalimat pertama “ Sesungguhnya Kami menjadikan DIA” ----- > Pola kalimat sempurna, taukid, fa’il, fi’il dan maf’ul…. Paham ?

قرءنا - qur-aanan = bacaan ------- > Isim alam manshub, isim taukid fathah tanwin adalah maushuf dari “ عربيا

عربيا - 'arabiyyan = orang-orang Arab ------- > fathah tanwin adalah sifah dari “ قرءنا

قرءنا عربيا - qur-aanan 'arabiyyan = bacaan orang-orang Arab ------- > Isim idhafat sifah maushuf “ قرءنا عربيا“, manshub taukid “ان “ dan merupakan mubtada dari khabar ghair mufrad “تعقلون لعلكم

Perhatikan yang saya warnai merah. Itulah salahnya. :lol:

Yang benar adalah kalau misal قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan adalah sebuah isim atau kalimat kata majemuk(mudhaf - mudhaf ilaihi) dan dia mubtada`yang di`irab nashab oleh ان - inna, maka harus ada waw athaf sebelum قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan karena taukid ان - inna juga menashabkan نَحْنُ - nahnu. Jadi jelas terbukti bahawa i`rab nashab idhafah sifah maushuf قرءنا عربيا - qr aanan `arabiyyan adalah nyata nyata karang karangan dan alasan kosong dari seseorang yang seenak udelnya merubah kaedah yang berlaku dalam alquran.

Hillman wrote:
لعلكم - la'allakum = agar kamu ------- > Taukid “لعل “ dengan isim dhamir “كم ” nashab.

تعقلون - ta'qiluunaa = mengerti ------- > Fi’il mudhari “تعقلو “ dari dhamir “كم ”. rafa


Yang saya beri warna merah diatas juga SALAH. Yang benar adalah "Kalian" pihak kedua untuk jamak maskulin.

Hillman wrote:
Ragam kalimat 2 : إِنَّ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ Inna qur-aanan ‘arabiyyan la'allakum ta'qiluunaa = Sesungguhnya “bacaan orang-orang Arab” agar (membuat) kamu mengerti, dimana Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti.


Lihat lagi yang saya beri warna merah diatas ini. Beliau tidak menjelaskan yang mana kata kerja(fi`il) bagi Fa'il "QUR-AANAN 'ARABIYYAN" melakukan pekerjaan "MENGAJARI" agar "MAF'UL" KAMU mengerti. :lol: . Mengajukan sumber sebagai referensi pun tidak :lol: . Karena tidak menunjukkan kata kerja(fi`il)nya, maka dinyatakan SALAH! :lol:

Hillman wrote:
1. Ragam kalimat pertama “Dan Kami menjadikan MEREKA” ----- > Pola kalimat sempurna, Fa’il, Fi’il dan Maf’ul…. Paham ?

أئمة - a-immatan = pemimpin pemimpin ------- > Isim manshub, fa’il dari fi’il mudhari “يدعون


Lihatlah kebingungan beliau diatas yang saya beri warna merah juga. :lol:

Taukid inna ga ada :-k , tapi harus di`irab nashab tapi yang menashabkan apa ya? :lol: Ah tulis begitu aja ah #-o :rolling: :partyman:

Hillman wrote:
يوم - yawma = pada hari, ------- > Isim manshub.

القيمة - alqiyaamati = kiamat ------- > Isim majrur dari “ يوم


Terakhir perhatikan kembali yang saya beri tanda merah diatas ini. Itulah SALAHNYA :lol:

Yang benar adalah:
يوم - yawma = pada hari, ------- > di`irab nashab karena dia adalah Zharfun lizamaanin. Dan menjadi mudhaf bagi القيمة - alqiyaamati
القيمة - alqiyaamati = kiamat ------- > mudhaf ilaihi bagi “ يوم

Untuk pembaca yang belum memahami kaedah kalimat kata majemuk(mudhaf wa mudhaf ilaihi) berikut kutipannya:
MUDHAF ( مُضَاف ) dan MUDHAF ILAIH ( مُضَاف إِلَيْه )
Rangkaian dua buah Isim atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin) dinamakan Mudhaf sedang kata yang paling belakang adalah Ma'rifah dinamakan Mudhaf Ilaih. Contoh:
بَيْتُ الْمُدَرِّسِ (=buku guru)
بَيْتُ زَيْدٍ (=rumah Zaid) -->; Zaid = Isim 'Alam (Ma'rifah)
مِفْتَاحُ بَيْتِ الْمُدَرِّسِ (=kunci rumah guru)
Silahkan cari sendiri dialquran contohnya sangat banyak . :heart:
Bila Mudhaf berupa Isim Mutsanna atau Jamak Mudzakkar Salim maka huruf Nun di akhirnya dihilangkan. Perhatikan contoh di bawah ini:
مُسْلِمَاالْجَاوِيِّ (=dua muslim Jawa)
مُسْلِمُو الْجَاوِيِّ (=muslimin Jawa)
مُسْلِمَا dari kata مُسْلِمَانِ (=dua orang muslim) --> Mutsanna
مُسْلِمُو dari kata مُسْلِمُوْنَ (=orang-orang muslim) -->; Jamak Salim
Contoh lain silahkan cari sendiri dialquran.
Baik Shifat-Maushuf maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bukanlah merupakan sebuah JUMLAH MUFIDAH (جُمْلَة مُفِيْدَة) atau Kalimat Sempurna.

Dengan demikian terbukti alasan alasan kosong Hillman propaganda terjemah alquran agar terkesan alquranlah yang salah. :heart:


Ke Bagian : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: