وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (73;4)
Rasa rasanya kita memang telah atau selalu melakukan solusi ini, dan melakukan pertemuan rutin dengan yang lebih ahli pun sudah kita lakoni selama belasan bahkan puluhan tahun. Namun belum pernah membuahkan hasil kesadaran ilmiah dalam arti hirarki ilmu belum utuh dalam kesadaran. Kesadaran adalah keinsafan ; keadaan mengerti ; hal yg dirasakan atau dialami. Ilmiah ialah bersifat ilmu; secara ilmu; memenuhi syarat (kaidah) ilmu. Kesadaran ilmiah berarti keadaan mengerti ; hal yg dirasakan berdasarkan ilmu atau dengan kata lain “ilmu menjadi rasa”. keadaan ini pasti didapat karena
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (73;5) telah tertancap kalam berbobot hebat menjadi satu ucapan. Di antara dua ayat ini ada masa tunggu dalam arti tinggal sementara untuk membangun, merawat dan menjaganya dengan shalat satu pembinaan iman. Ini telah kita maklumi dari kesimpulan:
فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ (73;20). Pembinaan bersinonim dengan pembangunan. Dimana makna membangun secara mendasar berarti “memindahkan”. Ketika seseorang telah membangun rumah, berarti ia telah memindahkan semua unsur-unsur bangunan dari satu tempat ketempat lainnya sesuai konsep bangunan. Tentunya melalui proses yang panjang hingga terjadi sebuah bangunan. Sebuah bangunan terjadi sebagai akibat yang tanpa dikejar atau dicari, datang secara otomatisasi dari rangkaian kegiatan “memindahkan sesuai konsep bangunan”, . Dimulai dengan mengenal nama-nama unsur dan fungsinya, sampai ia memulai memindahkan seperti misalnya pasir dari gerobak ke tempat adukan, memindahkan semen dari karung ke tempat adukan menurut ukuran tertentu, selanjutnya mulai memindahkan cangkul yang sudah berisi adukan semen, pasir dan air dari tempat yang satu ke tempat lainnya dan seterusnya dan seterusnya tetap dalam prinsip yang sama yaitu “memindahkan sesuai konsep bangunan”. Melakukan rattil dan shalat satu pembinaan iman serta iqtarib adalah hal yang sama secara perinsip. Ketika rasul telah membangun kehidupan madinatul munawwarah, berarti ia telah selesai memindahkan isi alquran ke dirinya dengan rattil dan shalat satu pembinaan iman serta iqtarib. Orang-orang yang menyertainya pun melakukan hal yang sama. Ujud bangunannya adalah islam unsur bangunannya pribadi-pribadi mu min Dimulai dengan mengenal bentuk-bentuk kata, kalimat dan lain-lain bentuk kata serta fungsi dan nilai-nilai ilmuNya, sampai dengan memindahkan semua unsur tersebut menjadi pribadi mu min. Hal ini terjadi secara sinergis dan hasilnya adalah akibat yang datang secara otomatis dan bukan seperti codot bertapa jungkiran di dahan pohon pada siang hari dan kelayapan mencari bau yang tak ketahuan sumbernya. Seperti lagi buntu atau berkotek dibelakang koma. Tapi karena isi alquran belum pindah ke diri kecuali sedikit walau ngaji sudah bertahun tahun. Kalau mau, Tidak apa-apa membangun rumah bayar tukang dan minta para ahli berkumpul untuk membangun rumah kita, karena ini yang dilakukan orang sekarang tapi tidak dilakukan seorang mu min. Kalaupun tiap-tiap sahabat mencari ahli selevel rasul, tentu dalam rangka minta diajarkan konsep bangunan islam yang aplikasinya adalah memindahkan isi alquran dengan rattil dan shalat satu pembinaan iman serta iqtarib . orang sekarang cenderung instan dan terburu buru tanpa mengenal tanpa cinta, akibatnya adalah seperti pada ayat وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا الْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (al anbiya 38) dll...... selalu menanyakan kapan hasilnya berujud?!.
Mohon koreksi lebih kurangnya...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar